Selasa, 03 Februari 2015

Puisi Admin

Baju Lebaran

Baju indah untukmu ini anakku
sehelai cinta kami yang kadang tak mesti diucap
seperti airmata juga rindu yang berterbangan
antara kembang-kembang tidur yang mekarnya
merawat umur.
Kemuning, seperti namamu warna baju ini
kami lipat, seperti matahari atau dendang
perkutut, ia penanda pagi
saat kami terjaga dan tuhan usai
meminjamkan sayapnya kepada kami
hidup ini anakku, tak lebih sekedar persinggahan
sekedar tempat mampir dan tersenyum sebentar
maka dengan baju ini nanti cintaku,
lengkapkanlah sehelai cinta kami
mekarkan senyummu seperti saat kami tidur dan bermimpi
senyum yang selalu mengajakmu berlari
ke padang hati para nabi
baju indah untukmu ini anakku
jangan kau tanya pula kemana kami menyimpan celananya
pakailah saja sarung bila bedug dijunjung
dan tuhan kembali ditakbir limbur
sebab hanya orang bersyukur
yang mengerti cara tersenyum

(2011)


Rendezvous Lelaki Tua

Pada jumat yang agung ini, Dinda
kita telah dipertemukan kembali
pertemuan usai waktu dibungkus lumut dan kabut usia
kita tak lagi muda memang, tapi bukankah tuhan juga
tak membuat mata pada kelopak bunga-bunga?
Oh, musim penghujan yang panjang dan megah
ia datang bagai selembar daun tua
yang terlepas dan terbang perlahan dari tangkainya
hening ini yang dipecahnya, mungkin lebih ritmis
timbang nyanyian dan semua tarian bunga
bacakan lagi puisi dari Andora, pintanya
lalu angin berhembus dan gerimis belum juga mau pupus
ia menyimakku aku kira, sementara aku mungkin membaca
dan sekali lagi jatuh hati pada caranya menahan airmata
seperti dahulu,
seperti dahulu waktu taman baru belajar mengeja cahaya
dan aku  meninggalkannya pada sebuah pagi muda
tapi serupa bunga, cinta, mimpiku juga tak bermata
mimpi yang menjatuhkan gumam pada lidah
hingga kembali aku melayari senja
diantara rumpun tawa dan rimbun luka mencarinya
kau! yang kelak lebih ritmis dari semua tarian bunga.

(2011)


Sepatu Kerja Istri

Kubelikan sepasang sepatu
sebagi pelipur gundahmu istriku
sebab aku tahu di kantormu semua sepatu
mesti selalu terlihat baru
mesti selalu seperti itu
coklat, seperti warna tanah sepatu itu
coklat, karena aku
ingin engkau melahirkan kembang,
melahirkan senyum  di bibirmu,
di sepasang biji matamu
kenakanlah ia dengan bismilah, istriku
sebab kaki kita punya allah.
di kantormu, di kantormu yang segalanya
perlu selalu baru
berjalanlah dengan mengingat setiap luka itu
ia, yang menyerahkan kulitnya untukmu
juga cinta yang menyamakinya
seperti engkau pernah menyamakkan pagi untukku
kelak cintaku, bila telah lusuh sepatu itu
semoga tetap mekar senyumnya
di tumitmu

(2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar